Haji, Kurban, dan Kesalehan Sosial

Tiap tahun dalam bulan dzulhijah menjadi sangat istimewa bagi tiap muslim. Bulan ini dimana kita sering mendengarkan khutbah dan ceramah tentang pengorbanan nabi Ibrahim as atas anaknya ismail as. Darisinilah ibadah haji dan kurban bermula dan diteruskan oleh Nabi Muhammad saw, hingga apa yang kita lakukan dalam berhaji semata – mata melaksanakan perintah Allah melalui syariat yang dicontohkan rasulullah. Ibadah haji adalah salah satu dari lima pilar islam yang telah digariskan oleh Allah SWT sebagai amalan wajib yang harus seorang muslim lakukan. Tentu saja pelaksanaannya pun sesuai dengan apa yang telah rasulullah ajarkan. Ritual haji dalam banyak riwayat dijelaskan memiliki kelebihan yang luar biasa, sehingga tidak heran banyak dari kita memiliki cita – cita untuk dapat menunaikannya. Haji menjadi sangat istimewa dan dapat dikatakan menjadi puncak spiritualitas seorang muslim, dimana lewat hajilah seorang muslim dapat merasa “bertemu” dengan Sang Pencipta. Selain itu secara  sosial masyarakat, haji menjadi gelar sosial yang dicari banyak orang. Inilah berbagai keistimewaan haji yang telah sering kita dengarkan. Seiring dengan haji, ada satu amalan sunnah yang juga mengandung nilai yang tak kalah luar biasa yaitu kurban. Berangkat dari filosofi pengorbanan nabi ibrahim, kurban menjadi amalan sunnah yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT. Kurban pun dapat dilakukan oleh mereka yang tidak berada di tanah suci hingga tersa sangat spesial.

Sesungguhnya dalam amalan haji dan kurban terkandung nilai yang sangat tinggi dan pelajaran berharga yang harusnya didapatkan oleh mereka yang melakoninya. Orang yang berangkat haji pasti akan meminta doa kepada kerabat dan berharap pada Allah untuk menjadi haji yang mabrur atau berhasil. Begitupun dengan kurban, baik itu berkurban sapi, domba, kambing, dan hewan ternak lainnya, tentu saja mengharap agar kurban yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT dengan nilai keikhlasan didalamnya. Lalu apa itu haji mabrur? Para ulama mengatakan bahwa haji mabrur adalah orang yang tidak bermaksiat kepada Allah saat menunaikannya. Bahkan imam nawawi al bantani mengatakan bahwa haji mabrur adalah mereka yang ketika kembali dari haji menjadi pribadi yang lebih baik perilakunya dan tidak membiasakan diri bermaksiat pada Allah. Begitu besar doa yang diharapkan seorang yang berhaji hingga akan menjadi tanggung jawab yang besar juga untuk menjaganya.

Indonesia sebagai sebuah negeri yang mayoritas penduduknya beragama islam dan tiap tahunnya menyumbang jamaah haji dalam jumlah besar, (yang bahkan sampai membuat daftar antrian jamaah karena tidak semuanya dapat berangkat pada tahun yang sama) harusnya menjadi kekuatan baru untuk dapat “memabrurkan” negeri ini. Belum lagi mereka yang juga dapat melakukan kurban tiap tahunnya, tentu juga menjadi aspek yang dapat membangkitkan negeri ini. Tak dipungkiri bahwa, mereka yang dapat naik haji dan berkurban adalah orang dengan tingkat ekonomi menengah keatas, namun tak sedikit mereka yang ada di golongan ekonomi kebawah, atas izin Allah dapat juga melakukan haji dan kurban. Inilah kekuatan dari haji dan kurban. Banyaknya mereka yang berangkat haji dan berkurban tiap tahunnya tentu saja kita harapkan untuk menjadi haji yang mabrur. Namun apa yang kita banyak jumpai saat ini adalah justru apa yang mereka lakukan di tanah suci hanyalah sekedar ritual haji tanpa makna di sisi Allah SWT. Mabrur tidaknya seorang berhaji adalah predikat yang Allah sematkan pada yang bersangkutan, namun kita juga dapat menilai berdasarkan apa yang telah para ulama sampaikan, apakah orang yang berhaji telah menjadi haji yang mabrur atau tidak.

Bukannya bersuudzon atas niat haji yang telah dilakukan, namun gambaran mereka yang berhaji di negeri ini sesungguhnya justru sangat jauh dari nilai mabrur yang mereka harapkan sendiri. Tidak sedikit dari kalangan selebritis, pengusaha, politikus, negarawan, akademisi bahkan rakyat biasa yang ketika selesai menunaikan ibadah haji tidak mendapatkan predikat mabrur. Hal ini tercermin dari perilaku dan tindakan mereka yang sering kita saksikan melalui berbagai media. Tak sedikit para selebritis yang tidak dapat menjaga tingkah laku mereka setelah berhaji dimana masih banyak diantara mereka yang bermaksiat pada Allah dengan tidak menutupi aurat mereka, bertingkah laku bebas dan sebagainya. Tidak sedikit juga para negarawan dan politikus yang telah bergelar haji tersandung kasus korupsi, kolusi, nepotisme serta masih tidak peka terhadap masyarakat. Dan bahkan tidak sedikit dari masyarakat biasa, bahkan akademisi yang notabene berpendidikan yang telah selesai melaksanakan ibadah haji justru menjadi gila hormat, dimana mereka akan tersinggung jika mereka tidak dipanggil atau ditambahkan namanya dengan gelar “haji”.  Lebih repotnya lagi, mereka yang “gagal” dalam hajinya adalah mereka yang banyak dijadikan contoh oleh masyarakat dan juga mereka yang mengurusi urusan masyarakat sehingga membuat citra “haji mabrur” menjadi rusak.

Melihat kenyataan ini disekitar kita sungguh sangat disayangkan. Potensi mereka yang berhaji dan berkurban harusnya dapat menjadi indikator perubahan sosial masyarakat menjadi lebih baik (islami), dimana mereka yang berhaji biasanya menjadi orang yang dicontoh dan menjadi orang yang dapat memberikan contoh yang baik. Harusnya mereka memahami doa mereka sendiri untuk menjadi haji mabrur. Padahal dalam ritual haji dan kurban terdapat pelajaran yang luar biasa dimana mereka yang berhaji tentu saja harus mengorbankan harta dan tenaga yang besar untuk mendapatkannya. Namun begitu sungguh disayangkan jika apa yang mereka korbankan menjadi tanpa nilai disisi masyarakat apalagi di sisi Allah SWT. Haji mengajarkan para pelakunya untuk semakin mendekatkan diri pada Allah, untuk semakin membuat diri mereka berguna bagi masyarakat, dan untuk memabrurkan lingkungan mereka. Dalam haji dan kurban terdapat kesalehan individu dan dapat menular dalam dalam masyarakat, hingga mereka yang bergaji dapat menjadi kontrol terhadap lingkungan sosialnya hingga dapat mewujudkan kesalehan sosial. Ditambah lagi dengan mereka yang juga mampu berkurban, kurban juga mengajarkan pada para pelakunya untuk ikhlas dan siap berkorban dengan ikhlas dalam memberikan tenaga dan materinya terhadap sesama.

Darisini kita berharap dan selalu mendoakan agar mereka yang berangkat haji benar – benar menjadi haji yang mabrur dan juga kita berdoa agar kita juga dapat berangkat haji dan benar – benar mendapatkan predikat haji mabrur. Amin. Semoga ritual haji yang telah dilakukan oleh mereka yang berangkat (utamanya petinggi di negeri ini) dapat menyadarkan mereka agar dapat memperoleh kesalehan individu dan kesalehan sosial terhadap masyarakat yang mereka atur. Dan semoga haji tidak dinegasikan menjadi kesalahan individu dan kesalahan sosial. Wallahualam.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Islam vs sekulerisme di indonesia

Islam masuk ke indonesia melalui beberapa wilayah dari luar indonesia, paling tidak ada 4 teori yang menjelaskan tentang masuknya islam ke indonesia. Belum lagi soal permasalahan waktu, apakah islam masuk pada abad ke 7 atau abad ke 13. Namun satu hal yang pasti bahwa islam telah masuk, menyebar, dan berkembang dengan pesat di indonesia. Bahkan islam di indonesia diejawantahkan dalam satu bentuk institusi politik, berupa kesultanan – kesultanan yang menerapkan islam dalam segala aspek kehidupan.

Sekulerisme sendiri dapat ditelusuri semenjak kolonialisasi masuk melalui tangan penjajah belanda. Contoh kentaranya yaitu apa yang jadi rekomendasi seorang snouck hugronje, seorang mata – mata belanda di tanah aceh yang menyatakan bahwa musuh kolonialisme bukanlah islam sebagai ibadah ritual, namun islam sebagai doktrin politik. Snouck hugronje tidak mempermasalahkan islam dijalankan secara parsial oleh masyarakat indonesia, namun justru jika islam dijalankan secara paripurna maka itu akan mengancam kepentingan kolonial. Hal ini sejalan dengan “penelitian” yan telah dilakukan oleh snouck hugronje di tanah aceh. Darisinilah muncul teori yang disebut oleh kerkkamp sebagai splitsing theori, atau sekulerisme yang kita kenal saat ini dimana islam dipisahkan dari kepentingan politik kenegaraan.

 

Pada masa pergerakan nasional, islam dan sekulerisme terus berbenturan. Catatan ahmad mansur suryanegara dan juga endang saefudin anshari menyatakan bahwa harusnya sarekat islam yang berasaskan islam sebagai organisasi awal yang menjadi tonggak kebangkitan nasional indonesia dan buksn budi utomo, dan juga harusnya KH ahmad dahlan yang mendirikan muhammadiyahlah yang menjadi bapak pendidikan nasional dan bukanlah ki hajar dewantara yang mendirikan taman siswa yang berbasis sekuler. Pertarungan berlanjut hingga masa proklamasi dimana terjadi perdebatan sengit antara para tokoh yang menginginkan islam menjadi dasar negara dengan para tokoh yang tidak menginginkannya. Singkat cerita isi piagam jakarta diubah isinya hingga menjadi seperti yang kita kenal saat ini.

 

Pada awal kemerdekaan, ketika bangsa ini dipimpin oleh soekarno, islam semakin terpinggirkan, bahkan ideologi bangsa diarahkan pada konsep nasakom. Bahkan isu syariah islam yang diemban partai masyumi dibungkam dan pada akhirnya dibubarkan oleh soekarno pada akhir 1960. Bahkan dalam banyak sumber telah jelas bahwa soekarno adalah seorang pengagum mustafa kamal yang menerapkan sekulerisme total di turki. Hal ini 11 12 dengan rezim soeharto. Soeharto menjadikan pancasila menjadi satu nilai absolut, mendifusikan partai islam dalam partai persatuan pembangunan, bahkan menurut pentolan orde baru, siapapun yang menyuarakan islam dianggap subversif dan menjadi musuh negara.

 

Bagaimana dengan sekarang?reformasi telah membuka semua pintu ideologi untuk masuk, hingga memungkinkannya untuk berkembang pesat. begitupun dengan islam. Namun bukan berarti hal ini menjadikan islam tanpa tantangan. Liberalisme menjadi lawan dalam perang opini dengan islam. Hal ini jelas dapat kita lihat dari berbagai isu yang melibatkannya. Kita lihat bagaimana dengan dalih kebebasan berekspresi, liberalisme mengijinkan pornografi atas nama seni untk dilakukan, padahal jelas hal ini dilarang dalam islam karena merusak Moral. Belum lagi atas dalil kebebasan beragama dimana mereka dengan seenak hati menafsirkan islam dan membuat berbagai aliran yang jelas sesat dan bahkan mendukungnya serta memfitnah islam sebagai agama yang intoleran. Bahkan kasus kriminal yang terjadi belakangan ini distigmatisasi dengan islam teroris. Seringkali kita tidak sadar dan menganggapnya sebagai hal yang biasa, padahal apa yang terjadi adalah pertarungan antara islam dan sekulerisme.

 

Lalu bagaimana dengan kita? Tentu saja kita sebagai umat islam harus sadar bahwa islam merupakan suatu sistem yang sempurna yang mengatur segala hal dan akan membawa kebaikan untuk semua makhluk. Untuk itu kita harus yakin bahwa pemenang akhir adalah islam dan kita pun mengimani hal ini. Atas dasar ini kita harus senantiasa bergerak. Kewajiban kita untuk mengopinikan islam sebagai sistem yang sempurna dan melalui metode yang telah rasulullah ajarkan.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Sekulerisme dan Tokohnya

Sekulerisme memiliki banyak pengertian di dalamnya yang pada dasarnya masih merupakan satu pengertian yang sama. Salah sau pengertian sekulerisme yang dikutip dari dalam webster dictionary bahwasanya sekularisme didefinisikan sebagai “A system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship” (Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan) atau sebagai: “The belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into the function of the state especially into public education” (Sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik). Berangkat dari pengertian ini dapat diklasifikasikan bahwasanya sekulerisme terdiri dari : 1. sebuah sistem/kepercayaan/paham   2. pemisahan agama dari ruang publik. Konsep ini lahir di eropa menjelang masa “renaissance” / abad pencerahan di eropa. Berangkat dari  kondisi traumatis masyarakat eropa terhadap dominasi gereja terhadap kehidupan publik dan pembatasan rasionalisme di eropa pada masa dark age, maka sebagai suatu win win solution atas masalahnya, muncullah sekulerisme.

 

Istilah sekulerisme menarik untuk diikuti dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat, utamanya dalam politik, walaupun ada yang membedakan ruang lingkup sekulerisme yang terbatas pada lingkup pemerintahan, ekonomi, sosial masyarakat, dan juga budaya. Sekularisme dalam definisi keagamaan bermakna keyakinan bahwa hidup bisa diatur dengan proses penalaran tanpa mengambil rujukan dari Tuhan atau konsep-konsep supra natural, pada definisi sosial bermakna anggapan bahwa keyakinan keagamaan bukanlah nilai bersama masyarakat; sedangkan pada level negara atau pemerintahan bermakna kebijakan untuk mencegah pencampuradukan agama dan negara, penghentian diskriminasi antara agama dan penjaminan hak asasi manusia warga negara tanpa memandang agama dan keyakinannya. Dalam istilah politik, sekularisme secara sederhana merupakan pergerakan menuju pemisahan antara aturan agama dan aturan pemerintahan. Pengurangan keterikatan antara pemerintahan dan agama dalam suatu negara, mengantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, mengganti prinsip ekonomi yang berdasar agama, dan menghilangkan pembedaan yang dirasa tidak adil dalam masyarakat dengan ”dalih” agama menjadi gambaran penerapan prinsip sekulerisme dalam suatu pemerintahan. Ketika sekulerisme diterapkan maka dalam suatu negara atau pemerintahan, tidak ada satu agama atau ajaran pun yang dalam kehidupan bernegara akan dijadikan asas dalam menjalankan pemerintahan, bahkan tidak ada satu simbol agama pun yang diperbolehkan didalamnya dan sebutan negara seperti ini adalah negara sekuler.

 

Sejarah politik perjalanan sekularisme, seperti yang telah disampaikan sebelumnya seringkali di kaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, disaat masyarakat eropa mulai antipati terhadap peran agama (gereja), yang secara sederhana pengaruh gereja ini tidak sesuai dengan rasionalitas manusia. Sekulerisme pun menjadi semacam pembelaan terhadap nilai – nilai minoritas dalam kehidupan politik.  Sekulerismelah yang pada akhirnya menjadi klaim dan  memainkan peranan utama dalam membangun peradaban barat menjadi bangsa “modern”. Sebutan negara sekuler juga muncul dari praktek pemerintahan suatu negara yang dijalankan dengan prinsip sekulerisme ini. Contoh negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekular dan terang – terangan mengaku sekular diantaranya adalah Kanada, Perancis, Turki, dan Korea Selatan. Sekulerisme tetap menjadi dasar pemerintahan mereka walaupun diantara negara – negara ini tidak ada yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.

 

Jikalaupun sekulerisme dibagi dalam ranah sosial masyarakat, maka sekularisme juga secara sederhana berarti ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau metafisika tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu di pisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan. Namun sekularisme sendiri tidak dengan sendirinya berarti Ateisme, banyak para sekularis adalah seorang yang religius, dalam artian melaksanakan perintah agamanya dalam ruang privatnya semata. Tentu saja hal ini berbeda dengan ateisme yang berarti tidak percaya dengan adanya tuhan. Dalam kajian keagamaan, kebanyakan masyarakat dunia, terutama dunia yang disebut “barat” sebagai masyarakat sekuler. Suatu pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari masyarakat sekuler ini. Dalam beberapa hal nilai “umum” dalam agama tetap dipertahankan, namun tetap saja agama tidak dapat memengaruhi suatu kebijakan politik yang dikeluarkan nantinya. Kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis menjadi pandangan umum didalam sekulerisme.

 

Dalam ranah sosial, sekulerisme diterapkan dalam interaksi antar individu, dalam artian interaksi ekonomi, sosial,  dan budaya juga didasarkan pada sekulerisme, walaupun pemerintah tidak mengeluarkan peraturan yang menentukan hal tersebut. Hal ini pun berlaku sebaliknya, walaupun suatu pemerintahan berasas sekuler, namun dalam beberapa masyarakat, masyarakat ini tetap memegang nilai agama dalam kehidupan sosialnya dengan masyarakat yang lainnya. . Perubahan pola pikir dan sikap masyarakat pada dasarnya juga dapat berubah menjadi sekuler secara alamiah, ataupun secara sistematis melalui berbagai gerakan. Proses ini dinamakan sekulerisasi. Dari ranah inilah masyarakat juga dapat disebut sebagai masyarakat yang sekuler jika di dalam kehidupannya masyarakat tersebut juga mengambil sekulerisme sebagai pahamnya dalam interaksinya. Ekonomi yang tidak memiliki norma agama (kapitalis), budaya bebas, interaksi tanpa norma agama (liberalis), dan kebebasan individu tanpa batas adalah contoh perilaku masyarakat yang didasarkan pada sekulerisme. Apapun pembeda ranah sekulerisme yang sudah dipaparkan, namun tetap substansi sekulerisme adalah menyampingkan peran agama / pengkerdilan peran agama dalam kehidupan manusia, dimana agama hanya dipahami hanya sebatas pada ruang privat, tanpa boleh keluar menuju ruang pubilk masyarakat.

 

Perdebatan tentang baik dan buruknya sekulerisme pada akhirnya juga turut berkembang dengan definisi masing – masing. Pendapat yang umum mengatakan bahwa suatu negara atau masyarakat akan maju jika menyisihkan peran agama, seperti di kebanyakan negara eropa, menjadi alasan yang sangat manjur untuk menerapkan sekulerisme. Pendapat yang umum mengatakan bahwa suatu negara atau masyarakat akan maju jika menyisihkan peran agama, seperti di kebanyakan negara eropa, menjadi alasan yang sangat manjur untuk menerapkan sekulerisme. Fakta kemajuan dalam berbagai bidang menjadikan sekulerisme menjadi dalil yang menyuburkan paham ini di eropa. Sekulerisme juga dapat melahirkan dan juga memicu tumbuhnya paham lain yang juga kurang lebihnya sependapat dengan sekulerisme itu sendiri, seperti contoh paham yang telah disinggung sebelumnya diatas.

 

Jika sekulerisme dibentrokkan dengan ideologi lain, maka tentu saja akan menjadi negatif. Puritanisme, konservatifisme, fundamentalisme dan paham ideologi agama menjadi musuh bagi sekulerisme. Anti-agama, ateis, atau bahkan satanis merupakan label yang diberikan bagi penganut sekulerisme. Fakta bahwasanya negara – negara sekuler lebih banyak menciptakan masalah dari pada menyelesaikannya, menjadi dasar yang sangat kuat untuk kembali mengikutkan agama dalam ruang publik. Agama yang juga dapat menjadi control yang lebih baik dan juga menunjukkan bahwasanya, kepengaturan agama juga akan menciptakan kemajuan dan keteraturan yang lebih baik adalah suatu tantangan yang tidak akan pernah terjawab oleh sekulerisme.

 

Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, namun konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah dan telah muncul sebelum istilah penyebutan ”sekuler” itu sendiri. Sekulerisme sendiri pada dasarnya adalah suatu paham yang muncul dari hasil pemikiran manusia. Tentu saja terdapat tokoh yang menyuarakannya dan juga sebagai suatu paham, tentu saja sekulerisme ini menjadi pegangan manusia dalam kehidupannya. Diantara sekian banyak tokoh yang mendapat gelar tokoh sekuler, ada beberapa orang yang secara langsung menyebut bahwa dirinya menganut paham sekuler. Tentu orang ini juga bersikap sekuler dalam masyarakat dan negara. Lebih adil jika mencantumkan tokoh yang memang “sadar” bahwasanya dia mengakui sendiri dia sekuler, daripada mencantumkan orang yang mendapat label sekuler dari pihak lain. Salah satu dari tokoh sekuler ini adalah Mustafa Kamal Attaturk.

Mustafa Kamal lahir tahun 1880 masehi, di kota Salanik (kota Yahudi) daerah Macedonia yang berpenduduk 140.000 jiwa. Secara resmi Mustafa Kamal Attaturk adalah anak Ali Ridha. Sedangkan ibunya bernama Zubaidah. Masih diliputi keraguan yang tebal mengenai nasab Mustafa kemal. Bahkan dia sendiri tidak mengakui Ali Ridha sebagai bapaknya. Konon ada yang mengatakan bahwa kedua orang tuanya berasal dari Albania.

 

Dalam satu kesempatan Mustafa kamal pernah berkata “Selama sekurangnya 500 tahun, aturan-aturan dan teori-teori Syakh Arab dan penafsiran-penafsiran generasi-generasinya yang malas dan ceramahan-ceramahan yang tidak ada nilainya telah mengatur hukum sipil dan kriminal Turki. Mereka pula telah mengatur bentuk konstitusi, sistem kehidupan setiap orang Turki, makannya, jam bangun dan tidur, bentuk pakaian, kehidupan rutin ibu rumah tangga ang melahirkan anak, apa yang ia pelajari di sekolah, kebiasaannya, pemikirannya, bahkan teman dekatnya. Islam (ajaran ketuhanan bagi bangsa Arab yang tak bermoral) merupakan benda mati. Sangat mungkin,. Islam hanya cocok untuk suku yang tinggalnya di gurun, tapi tidak cocok untuk bangsa modern, negara yang progresif. Firman-firman Tuhan!. Tidak ada Tuhan. Yang ada hanyalah rantai-rantai yang dikhotbahkan oleh para pengkhutbah dan penguasa yang lemah kepada manusia. Penguasa yang membutuhkan agama sesungguhnya merupakan orang yang lemah. Orang lemah tidak layak menjadi penguasa.!”

 

Berangkat dari pernyataan ini sudah dapat disimpulkan bahwasanya Mustafa kamal,

-yang dalam pelajaran sejarah umum disebut bapak turki modern- merupakan orang yang benci dengan islam, dan tidak menginginkan aturan islam diterapkan. Mustafa kamal adalah orang yang mencetuskan Negara turki saat ini untuk mengadopsi system sekuler yang mana, segala pernak – pernik islam yang dahulunya melekat di turki, disingkirkan dan diganti dengan aturan sekuler. Pengaruh sekuler dari Mustafa kamal bahkan menginsirasi soekarno. Soekarno pernah mengutip pernyataan Kemal Pasha tentang pemisahan agama dan negara, “Jangan marah, kita bukan melempar agama kita, kita cuma menyerahkan agama kembali ke tangan rakyat kembali, lepas dari urusan negara supaya agama dapat menjadi subur”. Dengan mengutip pernyataan ini, Soekarno ingin membenarkan pendapatnya yang meninggalkan agama dalam kehidupan bernegara. Berangkat dari sini telah jelas bahwasanya Mustafa kamal merupakan tokoh dengan pemikiran sekuler, dan turut menerapkannya dalam hidupnya.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Menyejarahkan Wong Cilik

Jika 10 tahun lagi kita dihadapkan pada dua peristiwa berbeda yaitu satu peristiwa tentang pembunuhan seorang pengamen jalanan, dan peristiwa lainnya yaitu pembunuhan seorang presiden, maka akan muncul pertanyaan yang menggoda para sejarawan  untuk dijawab. Mana diantara kedua peristiwa ini yang layak menjadi sejarah atau memiliki “history value”? tentu saja secara cepat kita akan menjawab peristiwa kedualah yang layak disebut sejarah. Hal ini bukanlah hal aneh saat ini, dimana mainstream penulisan sejarah masih tidak jauh dari pakem “orang – orang” besar. Pandangan ini masih lumrah menjadi kajian akhir dari penulisan historiografi di belahan bumi manapun. Orang – orang besarlah yang memiliki sejarah, hingga muncul istilah sejarah hanya dimiliki orang – orang besar, history just for big people. Tentu saja big people disini bukan berarti orang yang secara fisik berbadan besar, namun mereka yang memiliki kekayaan, kedudukan, dan ketenaran yang tingkatannya jauh diatas mereka yang kita sebut sebagai “wong cilik”. Pandangan seperti ini bukannya tanpa alasan. Orang – orang besar secara tidak langsung merupakan pihak yang di tangannya terdapat beban tanggung jawab yang tinggi, sehingga apa – apa saja yang mereka lakukan, utamanya demi kemajuan suatu negeri tentu saja akan kita nilai sebagai suatu nilai yang tinggi. Untuk itulah berbagai kegiatan yang mereka lakukan akan langsung menjadi nilai berita, dan untuk masa yang akan datang, kegiatan mereka akan dihargai sebagai suatu peristiwa sejarah. Orang – orang besar tentu saja memiliki peranan tersendiri yang dalam banyak hal memang layak untuk dinilai sebagai sejarah.

 

Lalu bagaimana dengan wong cilik? Apakah kesempatan mereka untuk membuat sejarah tentang diri dan kelompoknya menjadi hilang karena adanya orang – orang besar ini? Secara langsung ya! Artinya secara tidak sadar wong cilik termatikan tentang peran mereka dalam perjalanan bangsa ini. Yang lebih mengkhawatirkan jikalau mereka tidak dianggap ada dan kalaupun ada mereka tidak memiliki peran apa – apa. wong cilik dapat menggambarkan wajah suatu bangsa tanpa kepura-puraan. Oleh karenanya, wong cilik juga memiliki peran dan fungsi yang tidak kalah bedar dari orang besar.

 

Sejarah dapat dimiliki oleh siapapun. Oleh karenanya, kembali diperlukan satu pandangan baru dalam melihat sejarah sosial masyarakat di  indonesia agar dapat keluar dari pakemnya. Konsep dekonstruksi, menjadi satu pandangan baru yang dapat mengurai fenomena sosial masa lalu sebagai satu peristiwa sejarah yang dapat dimiliki oleh orang kebanyakan. Konsep yang ditawarkan dalam melihat sejarah sosial sebenarnya sangat menarik. Sumber – sumber yang dipakai dalam penulisan sejarah biasanya tidak jauh – jauh dengan keberadaan dokumen, utamanya dokumen formal. Namun ternyata dekonstruksi sejarah sosial ingin menawarkan konsep baru yang lepas dari pakem sumber ini. Sejarah sosial yang didekonstruksi ini dapat menggunakan berbagai sumber selain sumber dokumen, atau bahkan lepas dari sumber dokumen. Foto, puisi, cerpen, lukisan, dan berbagai karya seni dan sastra ternyata digunakan untuk menjelaskan berbagai hal dalam sejarah sosial, sehingga akan terdapat satu pandangan baru dalam melihat sejarah sosial ini. Namun yang menjadi masalah adalah apakah pendekatan dan konsep baru dalam penulisan sejarah sosial ini telah dapat diterima sebagai satu konsep baru dalam sejarah?mengingat arus utama mainstream penulisan sejarah saat ini tidak seperti itu? Ditambah lagi, pendekatan dengan sumber diluar dokumen dapat mengakibatkan nilai subjektivitas menjadi lebih besar, dan nilai penggeneralisiran juga dapat menjadi satu masalah baru. Belum lagi sumber – sumber ini juga sulit untuk didapatkan apalagi koroborasinya dengan  sumber lain. Namun diluar masalah itu, sebenarnya konsep baru sejarah sosial yang ditawarkan sangat menarik. Semua manusia memiliki perannya sendiri dan arti tersendiri. Orang – orang besar tidak dapat menjadi besar tanpa wong cilik, begitupun sebaliknya. Menjadi tugas sejarawan untuk menanamkan nilai dan pandangan baru tanpa adanya keberpihakan.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Bidadari Surga

Wahai Pemilik Masa Depan

Yang telah menakdirkan urusan cinta dan rezeki

Yang Mengetahui yang tersingkap di alam tabir.

Duhai Sang Maha Mengetahui,

Setiap bunyi detak hidup dalam urat nadi

Yang mampu menyapih dan membolak-balik

Isi Dalam Qolbu manusia.

Oooo …. Gelombang laut yang menerpa karang

Tahukah bagaimana jiwa terbang dalam kesepian,

Tahukah memecah langit di kala gelap…

AKu tersentak rindu dan berharap

Putusan terlanjur ku ukir

Ooo… Tuhan, izinkan waktu memberiku kesempatan

Kembali pada bidadari surga yang terputus,

Bukankah sebaik-baik perhiasan,

Adalah intan yang tidak pudar

Yang patuh pada pemakai intan.

Sudikah engkau wahai bidadari surga,

Menanti batas waktu yang tidak mampu kuduga dan kuterka

Seandainya izin-Nya memberikan ku kembali kepadamu

 

teruntuk istriku tercinta….i love u…

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Menjadi Manusia Istimewa

Entah secara langsung atau pun tidak langsung, usia akan terus berkurang, kulit akan kian keriput, dan pandangan semakin kabur. Atau mungkin sebelum tua, kita telah menajdi bagian dari hamba-Nya yang akan masuk dalam daftar panggilan. Sudah siapkah kita dengan panggilan itu ? Panggilan itu tidak akan pernah terjadwalkan, tidak pernah pula terkondisikan, namun semua orang pasti memenuhi panggilan-Nya mau atau tidak.
Sebuah perjalanan hidup, yang entah kapan akan berakhir ini, saya tersadarkan oleh bagian ucapan dari seorang Trainer Felix Siauw (Terima kasih banyak ilmunya)kala mengatakan mungkin saja ini adalah waktu terakhir kita, dan menekankan pentingnya menajdi orang istimewa itu dan terasingkan.
Yach sakaratul maut yang diibaratkan tertusuk 70 pedang itu, ternyata akan mendatangi kita. Dan Pada saatnya hanya akan terjadi 2 pilihan mati dalam keadaan suul khotimah atau pun Khusnul Khotimah. Nah tinggal kita pilih untuk berproses seperti apa? Entahlah saya benar-benar beristigfar, takut-takut dalam prilaku saya selama ini terjadi dan terkotori dengan sesuatu yang kecil.
Oleh karena itu, sesungguhnya kematian itu lamban laun akan menjemput kita. Mau tidak mau hal itu bakal terjadi. Oleh karena itu, jika pada janji-Nya yang terukir dalamsurat an-nur ayat 55 itu adalah sebuah kepastian, danpernyataan-Nya dalam surat At-taubah ayat 111 adalah pembelian-Nya maka sudah layak bagi kita untuk mengubah jalan kita sebagaibagian dari pengemban dakwah.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Cinderamata Untuk Hati Yang tidak Buta

Assalammualaikum wr.wb.
Segala puji teruntuk bagi Allah SWT, Yang telah menciptakan manusia berbeda-beda, yang telah memberikan kehidupan secara adil bagi seluruh makhluk hidup, Yang tidak pernah tertidur dan lelah. Sholawat serta salam terucap manis kepada Rasulullah SAW, yang telah memberikan secercah cahaya di tengah kegelapan zaman yang mendera. Seorang yang telah membuat ukiran sejarah hidup manusia, yang telah menunjukkan diri sebagai pribadi mulia, pribadi bertanggung jawab, pribadi yang ksatria, pribadi yang sabar, dan pribadi yang menjadi contoh teladan terbaik yang pernah dimiliki ummat manusia. Terucap pula permohonan kselamatan dan kemuliaan bagi keluarganya dan para shahabat yang menemani perjuangan pribadi mulia itu dalam memberikan sinar tauhid kebenaran.
Sahabat, di negeri ini, kalian adalah orang-orang yang berbeda. Kalian adalah generasi harapan bukan saja untuk Indonesia tapi seluruh dunia. Kalian adalah para pemegang negeri-negeri muslim nantinya yang dipundaknya ada tanggung jawab untuk menegakkan kemuliaan islam. Sahabat, Kalian adalah orang-orang yang diharapkan oleh orang-orang lain di seluruh dunia, Yang ditunggu untuk kedatangan kalian di negeri-negeri kaum muslim yang sedang didera duka, ditusuk derita, dan diterjang perang. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabada kepada ummatnya,
“Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya.” (HR abu Daud dan at-Tirmidzi)
Mereka mengucapkan kecintaan kita kepada kalian, sebagai tanda bahwa sebenarnya harapan itu ada di pundak kaum muslim di wilayah Zamrud Khatulistiwa. Mereka mengirimkan rasa cinta itu dari tempat-tempat yang tidak pernah kita kira hanya untuk mengharapkan cinta kita berupa kemenangan kaum muslim. Mereka mengirimkan surat-surat cinta itu dari berbagai tempat, yang mungkin saat ini mereka menemui syahidnya hanya karena menunggu balasan cinta dari kita di Indonesia. Mereka menulis dan berbicara dari jeruji besi dikarenakan pemerintah mereka yang enggan kemenangan islam di tegakkan, sehingga mereka terpenjara tanpa keadilan, dan dari setiap hati mereka berucap, kapankah sahabat-sahabatku tercinta datang menolong kami. DI sisi lain, mereka mengatakannya di dalam tempat-tempat gelap dan sempit, hanya untuk bersembunyi dan beristirahat sejenak karena perang yang tengah mereka pikul. Sehingga dalam kegelapan dan suasana tempat itu, mereka menegadahkan tangan mereka berharap kita segera datang menolong mereka dengan senjata-senjata kemenangan dari Allah, di bawah pucuk pimpinan kaum muslim yaitu Kholifah. Anak-anak kecil yang telah menjadi yatim-piatu pun, menengadahkan harapan-Nya agar Allah segera memudahkan kedatangan kita ke tempat tinggal mereka, yang hampir rusak dan hancur, dan berharap membalas segala tindak prilaku dzholim orang-orang yang telah membunuh orang tua mereka. Serta mereka yang berdoa di atas kuburan suami mereka dan mungkin anak-anak mereka yang telah menemukan syahid berharap menolong kesucian mereka dari serangan kaum terlaknat.
Sahabat, kita sekarang hidup dalam negeri ini dengan selamat. Kita dapat berpergian sesuka kita, dapat membaca Al-Quran di manapun berada dalam keadaan tenang, dapat belajar dengan tekun, dan tentu dapat tidur dengan nyenyak. Sahabat, namun dibagian bumi yang lain sahabat-sahabat sesama kaum muslim tidak mendapatkan itu semua. Maka manfaatkanlah waktu ini untuk dakwah, dan berusaha menegakkan kemuliaan islam yang hilang saat ini. Balaslah ucapan cinta dan doa dari berbagai penjuru dunia kepada kita di sini, dengan memberikan hadiah terindah bagi mereka sebagai balasan cinta dari kita. Mereka tidak pernah berhenti untuk berdoa kepada kita, karena sesungguhnya mereka mengetahui sabda Rasulullah SAW.
“ Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dan mereka bersabar menantikan kita. Karena kita adalah pintu gerbang harapan mereka, bahkan seluruh dunia. Maka, jangan pernah berhenti meneriakkan islam di jalan dakwah ini, walaupun ada dianatara kita yang perlahan-perlahan turun aktivitas dakwahnya. Sahabat, sebenarnya Allah telah memberikan kepada kita wilayah yang subur ini, sebagai titik awal kebangkitan islam.
Mulailah saat ini kita panaskan jiwa kita, bakarlah semangat kita untuk segera mewujudkan keinginan mereka, yaitu datang menolong mereka. Mulailah saat ini kita belajar islam kaffah, menyiapkan waktu untuk ladang dakwah di negeri tercinta. Masjid-masjid di negeri ini memang akan terasa nyaman dan bahagia bila di pakai untuk sholat berjamaah namun ia akan terasa lebih sempurna lagi, bila tempat-tempat suci itu dipakai untuk mempersiapkan diri kita bersama sahabat kita yang lain untuk mencapai kemenangan islam dan kemuliaan islam. Amal sholeh dan kemenangan sejati itu tidak hanya dicapai dengan sholat, dzikir bersama, melantunkan ayat suci al-Quran hingga tamat, kemenangan sejati akan timbul dengan gerakan dan dakwah politik untuk mengajak ikut serta membangun islam secara sempurna. Sahabat-sahabat jangan pernah khawatir dalam perjuangan suci ini, bukankah Rasulullah SAW telah bersabda saat ia hendak menemui seorang pemuda yang sakaratul maut.
“Bagaimana keadaanmu? Pemuda itu berkata, “Ya Rasulullah saw! Aku mengharapkan rahmat Allah dan aku sangat takut akan dosa-dosaku.” Kemudia Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah takut dan roja berkumpul dalam hati seseorang hambadalam keadaan seperti nii kecuali Allah akan memberikan kepadanya apa-apa yang diharapkannya, dan akan memberikan keamanan kepadanya dari perkara yang ditakutinya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sahabat, teman-teman kita di baitul maqdis tengah menunggu kita hadir di sana, teman-teman kita di penjuru kota Baghdad tengah berharap kepada kita, para mujahidin di sudut-sudut chechnya, moro, afghanistan, thailand selatan, kashmir dan belahan dunia islam lainnya tengah berharap datangnya bantuan dari kita. Sungguh, sangat merugi bila kita masih tertidur, enggan-engganan untuk berdakwah bahkan hanya berharap rekan-rekan yang lain yang melakukan perubahan itu. Maka saya akan bertanya kepada kalian, “ Di golongan manakah kalian berada ?” Apakah kalian termasuk golongan yang hanay berharap kepada sahabat-sahabat yang lainnya, yang hanya memfokuskan diri kepada tujuan pribadi, bukankah surga itu indah, tapi sepertinya keindahan surga itu bukanlah yang kalain capai. Atau kalian adalah golongan yang melawan perjuangan ini, sungguh bagi kalian adalah termasuk punggawa Fir’aun, pendukung Musailamah al-Kahdzab, serta mereka yang sepertinya tersenyum jika nyawa-nyawa kaum muslim hilang satu persatu. Atau kalian adalah golongan yang segera menuju panggilan itu, maka teman-teman sesungguhnya tengah dinantikan kehadirannya oleh para Rasul dan syuhada, yang menjadi bagian dari pembela islam, menjadi “Haritsan Aminan lil Islam” penjaga islam yang terpercaya, dan menyisakan waktu dan hidupnya berjuang di jalan islam.
Sahabat-sahabat kami menantikan uluran perjuangan sahabat di sini. Kami selalu terbuka untuk sahabat, membantu perjuangan yang mulia ini. Ingatlah sahabat sesungguhnya, Allah bersama mereka yang berjuang di jalan-Nya.
Wassalammualaikum wr.wb.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Menuju Generasi Intelektual Religius

Kompleksnya permasalahan di negeri ini, merupakan tantangan tersendiri bagi kaum intelektual negeri ini untuk dapat menjawab segala pokok permasalahan yang ada. Bahkan seharusnya generasi intelektual, memberikan segenap pemikiran mereka untuk mampu mencerdaskan masyarakat serta dapat menjawab setiap permasalahan yang ada. Namun, pada faktanya mahasiswa di negeri ini justru terlibat dalam berbagai kasus kriminalitas dan tindakan yang tidak patut dilakukan oleh kaum intelektual muda. Mungkin kita sering memperhatikan bahwa selama ini, narkoba, demonstrasi berujung keributan dan kerusuhan, tawuran, pelecehan dan tindakan perilaku seksual, adalah sekelumit beberapa masalah yang pada akhirnya menimpa mahasiswa kita.
Maka pada hakikatnya, perlu adanya pembenahan pada sikap dan mental mahasiswa di Indonesia dengan mengubah landasan pola berpikir mereka serta menumbuhkan jiwa religius agar dapat menjawab tantangan dan permasalahan bangsa saat ini. Oleh karena itu, di sebuah lembaga pendidikan atau pun perguruan tinggi diperlukan adanya Masjid, bukan saja sebagai tempat sholat atau pun ibadah yang sifatnya berhubungan dengan Allah SWT belaka, namun juga di dalam masjid perlunya adanya pusat kajian-kajian keilmuan yang mampu menjadikan kaum muda generasi negeri ini, terutama mereka yang memeluk islam sebagai generasi kebangkitan. Zaman kekhalifahan, masjid sering menjadi tempat di mana segala permasalahan negeri ini dituntaskan, dan ini pula yang dilakukan Rasulullah SAW saat membangun islam di Madinah dengan menjadikan masjid Nabawi sebagai pusat perkembangan peradaban islam.
Dalam buku Sistem Ekonomi Islam karangan Taqiyuddin An-Nabhani pernyataan menarik tertulis di sana, “Pemikiran, bagi umat manapun, sesungguhnya merupakan sebuah kekayaan yang luar biasa agung yang mereka miliki dalam kehidupan mereka jika mereka termasuk umat yang baru lahir.” Maka negeri ini patut bersyukur mempunyai Suimber daya manusia yang cukup banyak, maka seharusnya kekayaan negeri ini, berupa pemikiran dari generasi intelektual mudanya jangan pernah di sia-siakan. Bahkan kemajuan dan tolak ukur di suatu negeri diindikasikan bagaimana pengembangan pendidikan berlangsung. Sebab karena itu, pemikiran adalah pondasi di mulainya proses kebangkitan bangsa, bahkan dunia untuk menggantikan sistem dan juga aktivitas manusia yang kian tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan (fasad) baik itu di daratan, lautan maupun udara.
Sudah selayaknya mahasiswa memakmurkan masjid, menjadikan masjid sebagai jembatan utama pertemuan mahasiswa dengan masyarakat, sebagai pusat kepelatihan dan pengembangan diri menuju pribadi intelektual religius yang berkualitas. Masjid bukan lagi sebagai tempat merenungi diri saja, atau pun sekedar melintas untuk sholat namun mengubah citra dan pola pengelolaan masjid menjadi arena peningkatan integritas mahasiswa dengan sang pencipta dan menambah keilmuwan mereka. Sudah cukup di negeri ini melahirkan para koruptor, negarawan yang tidak peduli dengan masyarakat, pejabat yang tidak jujur, serta para pengelola negara yang pada akhirnya bermental ceroboh, serta menjadikan kepentingan pribadi untuk meraih kekayaan serta menyengsarakan rakyat.
Pemerintah baik itu pusat maupun daerah sudah selayaknya menanamkan pendidikan bukan sekedar mencari potensi manusia cerdas, namun juga religius serta berkemampuan yang mampu mengelola masyarakat nantinya. Karena pada faktanya banyak mahasiswa yang selepas kuliah, saat trjun kemasyarakat mereka malah menjadi beban di masyarakat yang tadinya diharapkan sebagai pemacu kebangkitan daerah dan suatu bangsa. Maka tidak khayal lagi, pemerintah harus fokus mengembangkan pendidikan berkualitas dan religius demi menjadi negeri yang unggul dan berdaya guna.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Sanitasi dalam Islam dan Demokrasi

Mencuci tubuh (mandi) akan menolak dosa (yang seharusnya mendapat hukuman) menurut ajaran Kristen kuno. Itulah sebabnya Anda mendapatkan penghargaan seperti Ratu Elizabeth (m.1603), yang beranggapan bahwa kamar mandi adalah barang mewah murni, sehingga dia jarang mandi dalam setahun. Tapi, umat Islam di Spanyol di zaman yang sama telah memiliki wastafel di rumah-rumah mereka.

Sebuah survey global yang diadakan pada tahun 2007 menyatakan bahwa sanitasi adalah kemajuan medis paling besar dalam 150 tahun. Sanitasi adalah alat ilmu kesehatan untuk mencegah kontak manusia dari resiko pembuangan (kotoran hewan dan manusia) untuk menunjang kesehatan.

Pada tahun 2008, seorang ahli mikrobiologi mengadakan riset di London dengan menguji sample dari keyboard-keyboard komputer dan menemukan bukti banyaknya hama. Sebagai pembanding, seorang ahli mikrobiologi yang lain mengepel jamban WC dan pegangan pintu di WC di sebuah kantor kota tertentu. Salah satu keybard tersebut harus dibuang dari kantor itu karena ia 5 kali lebih kotor daripada jamban WC. Mottonya adalah jika Anda tidak membersihkan komputer Anda maka bisa jadi makan siang Anda adalah jamban WC. Salah satu penyebab dari persoalan ini adalah karena orang-orang tidak mencuci tangan mereka setelah menggunakan toilet.

Beberapa saat kemudian di tahun yang sama beberapa peneliti dari sebuah sekolah Ilmu kesehatan melaporkan suatu kasus yang menggemparkan tentang kurangnya mencuci tangan di Kerajaan Inggris. Dengan mengelap jari-jari komputer di 5 kota besar, mereka menemukan tanda-tanda kontaminasi bakteri tinja sejumlah atau seperempat persen dari keseluruhannya.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2009 menyatakan bahwa di tahun 2004 hanya di bawah 5000 anak yang meninggal di seluruh dunia karena Diare yang disebabkan buruknya sanitasi.

Seluruh penyakit dan wabah ini terhapus ketika Umat Islam yang diatur oleh hukum-hukum Allah (Syariat Islam) karena ia membawa rahmat kesejahteraan, irigasi dan sistem pembuangan yang masih digunakan hingga saat ini. Bahkan selama masa Kaisar Ottoman (Sistem Khalifah Islam) konstitusinya memiliki tidak kurang dari 100 aturan tentang manajemen air.

Umat Islam memiliki prinsip ilmu kesehatan yang telah dikuasai lebih dari 14 abad yang lalu hanya dengan mengikuti seorang figur teladan di dunia yakni Rasul terakhir Muhammad SAW, yang setelah buang hajat akan menyucikannya dengan air (HR. Shahih Muslim). Sebagian mungkin beranggapan bahwa ini adalah hal yang biasa tapi fakta menunjukkan bahwa kemajuan teknologi Barat tidak pernah menyumbangkan hal biasa ini, alasannya adalah karena Anda bisa saja memiliki seluruh jamban di dunia beserta kran airnya yang paling bagus tapi apa gunanya peralatan itu semua jika tidak ada petunjuk atau tujuan nyata dalam kehidupan.

Berikut akan saya sampaikan sebuah kisah nyata, seorang laki-laki bekerja di bagian laundry di penjara Kerajaan Inggris. Di sekian waktu yang dia habiskan di sana, dia menyadari bahwa ada dua jenis pakaian dalam (celana dalam) dimana salah satunya sangat kotor (yakni ada noda atau tanda bercak di atasnya) dan yang satunya sangat bersih. Dia melakukan penelitian dan menemukan bahwa yang pakaian dalam yang bersih itu milik orang Islam karena mereka biasa menyucikannya dengan air setelah buang air dan buang hajat. Setelah membaca tentang Islam dan standar higenis pribadi yang telah dibangun beberapa abad yang lalu sehingga dia memeluk Islam. Allahu Akbar !

Bagi siapa saja yang telah menemukan seseorang yang meninggal karena buruknya sanitasi maka kita telah disediakann sebuah masa depan yang terbuka ketika Rasul kita tercinta Muhammad SAW bersabda: ‘ Syahid itu ada tujuh, yang salah satunya adalah mati di jalan Allah,…….seseorang yang mati karena sakit perut adalah syahid…. (Abu Daud). Salah satu bentuk penyakit perut adalah Diare.

Sesungguhnya, hukum syariah atau Syariat Islam (yang berarti jalan kebaikan atau sumber air) memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada Dunia Kapitalis yang carut-marut.
Diambil dari sebuah website

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Nasionalisme: Membangkitkan Kaum Muslim?

Nasionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai: “kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas dan kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu”. Masih menurut KBBI bahwa Nasionalisme adalah “paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri”.
Dari sini kita bisa melihat bahwa nasionalisme tumbuh di tengah-tengah masyarakat, tatkala pola pikir manusia mulai merosot. Ikatan kebangsaan (Nasionalisme) ini terjadi tatkala manusia mulai hidup bersama dan tidak beranjak dari sana. Saat itulah naluri mempertahankan diri yang sejatinya dimiliki manusia berperan penting dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya. Dari sinilah muncul dan tumbuh ikatan nasionalisme, yang tergolong ikatan paling rendah nilainya dan lemah. Biasanya ikatan ini pun muncul di dunia hewan dan senantiasa temporal sifatnya. Ikatan ini akan muncul tatkala ada ancaman pihak asing yang akan menyerang dan menaklukan suatu negeri. Namun jika suasana aman atau musuh dapat dihalau dari negeri itu, maka sirnalah kekuatan ini.
Inilah gambaran mendalam tentang nasionalisme. Namun, mengapa ide ini begitu cepatnya diadopsi oleh banyak bangsa dan negara di dunia, khususnya dunia Islam? Mampukah nasionalisme ini dijadikan sebagai ikatan antar manusia untuk meraih kebangkitan kaum muslim?
Gagasan nasionalisme ini bersumber dari ‘zaman purba’. Ini diperkenalkan oleh seorang Yahudi kuno. Kemudian tertimbun kurang lebih 20 abad dan muncul kembali di abad ke-17 di Inggris. Ternyata, jika kita melihat sejarah peradaban Islam maka akan sangat mudah diterka bahwa nasionalisme ini adalah senjata yang sangat ampuh untuk memecah belah wilayah Khilafah Islam. Bagaimana tidak, serangan misionaris yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan ini ternyata mempunyai dua tujuan yang fundammental, yakni memisahkan Arab dari Daulah Utsmaniyah; dan menjauhkan kaum Muslim dengan ikatan yang hakiki, yaitu Islam. Benih nasionalisme ini memang sudah disemai misionaris Kristen jauh sebelum Kekhilafahan terakhir runtuh di tahun 1924 yakni melalui sekularisasi pendidikan. Kafir Barat pun melakukan infiltrasi ide sekularnya ke dalam dunia Islam yang sangat terkait dengan ide nasionalisme. Walhasil, runtuhlah Kekhilafahan terakhir di Turki dan terpecah belahlah Daulah Islam menjadi lebih dari 50 negara kecil, yakni sebagai simbol runtuhnya peradaban Islam, lemahnya kaum Muslimin menuju posisi yang paling nadir.
Oleh karena itu, menjadikan nasionalisme ini sebagai asas dan landasan ikatan manusia (kaum Muslimin) dalam rangka membangkitkan ummat Islam adalah suatu hal yang utopis. Justru ide inilah yang diibaratkan sebagai belati yang telah mengoyak Daulah Islam yang diibaratkan sebagai ibu kita hingga berkeping-keping. Lantas kaum Muslim saat ini malahan mempermainkan belati ini yang bisa jadi malahan membunuh saudaranya yang lain, setelah berhasil membunuh ibunya. Memang tidak layak bagi kita mengambil ide ini, karena secara spesifik bertentangan dengan Islam, diantaranya:
1. Islam menjadikan Allah di atas segalanya, bukan bangsa atau yang lainnya sebagaimana nasionalisme.
2. Islam hanya mengenal ikatan aqidah Islam yang berwujud ukhuwah islamiyah, bukan dibatasi teritorial sebagaimana nasionalisme.
3. Nasionalisme meniscayakan fashluddin’anidDaulah, sementara Islam sebaliknya.
4. Nasionalisme menjadikan ummat Islam terpecah belah belah dan mencegah ummat Islam bersatu.
Kesatuan dan persatuan ummat adalah hal penting dalam menapaki kebangkitan Islam. Namun dengan diadopsinya nasionalisme di dunia Islam yang terjadi adalah disintegrasi ummat. Hal inilah yang membuktikan kemustahilan nasionalisme membangkitkan kaum Muslimin. Banyak contoh yang bisa kita ambil, misal permasalahan disintegrasi bangsa Indonesia yang mulai ditutup-tutupi yakni masih adanya Oprasi Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan, Gerakan Pengacau Keamanan. Bahkan Timor-Timur yang sudah lama lepas menjadi bukti disintegrasi bangsa benar adanya. Sebelumnya ada perang Iran-Irak selama sekira delapan tahun, krisis Teluk di tahun 90-an, Krisis Palestina yang tak kunjung usai, dll. Disintegrasi ini nampaknya jika ditelaah lebih dalam bermuara pada benak kaum Muslimin yang masih terpasung dengan ide nasionalisme ini.
Supaya keterpecahbelahan kaum Muslimin ini terwujud dan tetap terjaga, Kafir Barat Penjajah yang dipelopori Inggris telah menanam agen-agen mereka di Timur Tengah, yakni Palestina (jantung Dunia Islam) sebelum Perang Dunia I. Selanjutnya Lord Campbell diutus Inggris ke Timur Tengah untuk menganalisis kebangkitan kaum Muslimin. Lord menyimpulkan hasil penelitiannya, yakni:
“di Timur Tengah terdapat satu bangsa yang saling terikat satu sama lain. Mereka tinggail sepanjang samudera hingga ke teluk dalam satu wadah, satu agama, satu tanah air yang kokoh, serta satu cita-cita. Untuk itu kita mesti memutuskan keterikatan mereka dan memecah belah persatuan mereka. Caranya adalah dengan menciptakan negara di dalam negara mereka yang akan menjadi mitra kita sekaligus memusuhi penduduk di wilayah tersebut”
Dalam kitab Daulah Islam, Syekh Taqiyuddin memberikan gambaran tentang strategi lain yang dilakukan Inggris adalah dengan mengandalkan umala (agen)nya yang sengaja direkrut dari kalangan elit Muslim sendiri; menjadikan demokrasi sebagai sistem pemerintahan di negeri kaum Muslimin; menjadikan kemerdekaan nasional sebagai tujuan, sekaligus berupaya melanggengkannya melalui penentuan batas teritorialnya; serta menjadikan kemerdekaan nasional (berdasarkan nasionalisme) untuk melanggengkan bentuk negara bangsa (nation state).
Sangatlah jelas bahwa nasionalisme sama sekali tidak akan pernah mewujudkan persatuan dan kesatuan Ummat Islam menuju kebangkitan kaum Muslim, yang ada malah menjerumuskan pada disintegrasi, kehancuran, dan kebobrokan sampai kini.
Nasionalisme terkait erat dengan penyeruan kesatuan berdasarkan ikatan kekeluargaan, kesukuan dan kebangsaan. Diriwayatkan dari Abu Dawud, Rasulullah saw. bersabda:
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ‘ashabiyah (nasionalisme, sukuisme), orang yang berperang karenanya, serta orang-orang yang mati karenanya”
Selain itu Rasulullah saw. sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Musa bersabda:
“Orang Arab tidaklah lebih baik dari orang non Arab. Sebaliknya, orang non Arab tidak lebih baik dari orang Arab. Orang berkulit merah tidak lebih baik dari orang berkulit hitam kecuali dalam hal keteqwaannya. Umat manusia adalah anak cucu Adam dan Adam diciptakan dari tanah liat”
Dalam Hadits lain tentang ashabiyah, Rasul saw. bersabda:
“Tinggalkanlah, dia tidak berguna” (HR. Bukhori Muslim)
dan dalam hadits yang ditulis oleh Misykat al Mashabih, Rasulullah saw. bersabda:
“Dia menyeru kepada ashabiyah laksana seorang yang menggigit kemaluan bapaknya”
Sebaliknya Islam mewajibkan aqidah sebagai pengikat sesama mukmin. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersausara” (Al-Hujurat:10)
Sangat tepat jika kita mengatakan bahwa ikatan nasionalisme, begitupula ikatan kesukuan, ikatan kemaslahatan, dan ikatan kerohanian tanpa aturan tidak layak dijadikan sebagai pengikat manusia dalam kehidupannya, untuk meraih kebangkitan dan kemajuan. Ikatan yang benar untuk mengikat manusia di kehidupannya dalam meraih kebangkitan hakiki adalah aqidah aqliyah (aqidah yang lahir melalui proses berfikir) yang melahirkan peraturan hidup menyeluruh. Inilah yang disebut sebagai ikatan ideologis dan memang mampu membawa manusia pada kebangkitan yang hakiki. Namun, kebangkitan hakiki yang benar bagi kaum Muslimin untuk meraihnya, tentulah hanya dengan ideologi Islam yang telah terbukti memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia dan mampu memberikan ketenangan jiwa. Wallahu’alamBish-Shawab

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar